Rabu, 01 Juni 2016

artikel tentang peranan guru BK



PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

Noer Azizah
18201301010224

ABSTRAK
Menurut Baruth dan Robinson III, peran (role) didefinisikan sebagai apa yang yang diharapkan dari posisi yang dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut. Misalnya seorang konselor harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah klien. Konselor memiliki lima peran generik, antara lain: a) sebagai konselor, b) sebagai konsultan, c) sebagai agen pengubah, d) sebagai agen prevensi, dan e) sebagai manager. Dari lima peran di atas, konselor dapat menerapkan peran-peran tersebut dalam beberapa bidang dalam bimbingan dan konseling antara lain: a) bidang pengembangan pribadi, b) bidang pengembangan sosial, c) bidang pengembangan kegiatan belajar, d) bidang pengembangan karier, e) bidang pengembangan kehidupan berkeluarga, dan f) bidang pengembangan kehidupan beragama.
Kata Kunci: Peranan, Guru, Bimbingan, dan Konseling
PENDAHULUAN
Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya bimbingan terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-murid semakin kaku. Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori konsep yang begitu rumit, tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah.
Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
PEMBAHASAN
Menurut Baruth dan Robinson III, peran (role) didefinisikan sebagai the interaction of expectations about a “position” and perceptions of the actual person in that position. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa peran adalah apa yang yang diharapkan dari posisi yang dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut. Misalnya seorang konselor harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah klien.[1]
Corey menyatakan bahwa tidak ada satu pun jawaban sederhana yang mampu menerangkan bagaimana sebenarnya peran konselor yang layak. Namun, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan peran guru bimbingan dan konseling, yaitu: tipe pendekatan konseling yang digunakan, karakteristik kepribadian konselor, taraf latihan, klien yang dilayani, dan setting konseling.[2]
Sementara itu, Baruth dan Robinson III mendefinisikan peran konselor adalah peran yang inheren ada dan disandang oleh seseorang yang berfungsi sebagai konselor. Elemen-elemennya dapat saja berbeda. Hal ini tergantung dari setting atau institusi tempat konselor bekerja, akan tetapi peran dan fungsinya sama. Selanjutnya mereka menambahkan bahwa konselor memiliki lima peran generik, antara lain:[3]


1.    Sebagai Konselor yang bertujuan:
a.    Untuk mencapai sasaran interpersonal dan intrapersonal.
b.    Mengatasi divisit pribadi dan kesulitan perkembangan.
c.    Membuat keputusan dan memikirkan rencana tindakan untuk perubahan dan pertumbuhan.
d.   Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
2.    Sebagai Konsultan yang bertujuan:
Agar mampu bekerja sama dengan orang lain yang memengaruhi kesehatan mental klien. Misalnya: supervisor, orangtua, commanding office, eksekutif perusahaan (atau siapa saja yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan dari kelompok klien primer).
3.    Sebagai Agen Pengubah
Mempunyai dampak/pengaruh atas lingkungan untuk meningkatkan berfungsinya klien (asumsi keseluruhan lingkungan dimana klien harus berfungsi mempunyai dampak pada kesehatan mental).
4.    Sebagai Agen Prevensi
Mencegah kesulitan dalam perkembangan dan coping sebelum terjadi (penekanan pada: strategi pendidikan dan pelatihan sebagai sarana untuk memperoleh keterampilan coping yang meningkatkan fungsi interpersonal).
5.    Sebagai Manajer
Untuk mengelola program pelayanan multifaset yang berharap dapat memenuhi berbagai macam ekspektasi peran seperti yang sudah dideskripsikan sebelumnya ke fungsi administratif.
Dari lima peran di atas, konselor dapat menerapkan peran-peran tersebut dalam beberapa bidang dalam bimbingan dan konseling antara lain:[4]
a.    Bidang Pengembangan Pribadi
Bimbingan pribadi merupakan suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu) agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Bimbingan pribadi ini bertujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Seperti dalam bidang kerohanian, perawatan jasmani, dan pengisian waktu luang. Hal tersebut dapat diatasi dengan tiga bentuk layanan bimbingan dan konseling yaitu: Pertama, layanan informasi yang mencakup informasi tentang tahap-tahap perkembangan individu dan keadaan masyarakat dewasa ini. Kedua, pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berkenaan dengan identitas diri individu yang bersangkutan. Ketiga, layanan orientasi seperti lembaga pengembangan bakat, pusat kebugaran dan latihan pengembangan kemampuan diri.
b.    Bidang Pengembangan Sosial
Bimbingan sosial merupakan suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial ini bertujuan agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya dan mampu mengembangkan diri secara optimal sebagai makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah SWT. Bimbingan sosial ini biasanya berupa layanan seperti layanan informasi baik informasi tentang keadaan masyarakat dewasa ini maupun informasi tentang cara-cara bergaul serta layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan sosial.
c.    Bidang Pengembangan Kegiatan Belajar
Bimbingan belajar merupakan suatu bantuan dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Bimbingan belajar ini bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal sehingga tidak menghambat perkembangan belajar siswa. Seperti halnya kemandirian siswa dalam belajar.
d.   Bidang Pengembangan Karier
Bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
Terdapat tiga teori pokok yang menggambarkan bagaimana cara individu membuat pilihan menyangkut karier, yakni:[5]
a)    Developmental theory of career choice yang dikemukakan oleh Eli Ginzberg menyatakan bahwa individu melalui tiga fase dalam pemilihan karier yaitu:
§  Fase fantasi (sampai dengan usia 11 tahun). Pada masa anak-anak masa depan tampaknya memiliki kesempatan yang tidak terbatas.
§  Fase tentatif (11-17 tahun). Masa ini merupakan transisi dari fase fantasi pada masa kanak-kanak menuju pengambilan keputusan yang realistik pada masa dewasa muda. Remaja mengalami kemajuan dari menilai minat mereka menjadi menilai kemampuan mereka sampai menilai value yang mereka miliki.
§  Fase realistik (17-18 tahun). Pada fase ini terjadi perubahan cara berpikir dari yang subjektif menjadi pemilihan karier yang realistik. Individu mengeksplorasi lebih luas pilihan karier yang ada, lebih menfokuskan diri pada karier tertentu dan pada akhirnya memilih pekerjaan tertentu dalam suatu karier.
b)   Self-concept theory yang dikemukakan oleh Donald Super. Konsep diri individu memainkan peran pokok dalam pemilihan karier individu. Ia percaya banyak perubahan perkembangan dalam konsep diri tentang pekerjaan terjadi pada waktu remaja dan dewasa muda sebagai berikut:
§  Pada usia 14-18 tahun (fase kristalisasi) remaja mengembangkan gagasan tentang bekerja yang berhubungan dengan konsep diri global.
§  Pada usia 18-22 tahun (fase pengkhususan) mereka mulai mempersempit pemilihan karier dan memilih perilaku yang memungkinkan mereka memasuki beberapa tipe karier.
§  Pada usia 21-24 tahun (fase implementasi) orang dewasa muda mulai menyelesaikan pendidikan dan pelatihan serta mulai memasuki dunia kerja.
§  Pada usia 25-35 tahun (fase stabilisasi) adalah keputusan untuk memilih dan menyesuaikan dengan karier tertentu.
§  Pada usia di atas 35 tahun (fase konsolidasi) individu berusaha memajukan karier dan mencapai posisi yang lebih tinggi.
c)    Personality type theory yang dikemukakan oleh John Holland menekankan pentingnya membangun keterkaitan atau kecocokan antara tipe kepribadian individu dengan pemilihan karier tententu. Ia percaya jika individu menemukan karier yang cocok dengan kepribadiannya maka mereka lebih memungkinkan menikmati pekerjaannya dan bertahan dengan pekerjaannya.
Bimbingan karier ini bertujuan agar siswa mampu memahami, merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan mengembangkan karier-karier tertentu setelah mereka tamat dari pendidikannya. Bimbingan karier ini biasanya berbentuk layanan informasi baik tentang diri sendiri maupun lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan karier, layanan penempatan, dan layanan orientasi.
e.    Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga
Bimbingan kehidupan berkeluarga merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan berkeluarga. Bimbingan ini bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang kehidupan berkeluarga. Adapun bentuk layanan dalam bimbingan kehidupan berkeluarga yaitu dengan layanan data, layanan informasi, dan layanan orientasi.
f.     Bidang Pengembangan Kehidupan Beragama
Bimbingan pengembangan kehidupan beragama merupakan bantuan yang diberikan pembimbing kepada terbimbing agar mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. Bimbingan ini bertujuan agar siswa memiliki pemahaman yang baik dan benar tentang ajaran agamanya. Adapun bentuk layanan dalam bimbingan kehidupan beragama yaitu layanan informasi dan layanan orientasi.

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran (role) didefinisikan sebagai apa yang yang diharapkan dari posisi yang dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut. Konselor memiliki lima peran generik, antara lain: a) sebagai konselor, b) sebagai konsultan, c) sebagai agen pengubah, d) sebagai agen prevensi, dan e) sebagai manager. Dari lima peran di atas, konselor dapat menerapkan peran-peran tersebut dalam beberapa bidang dalam bimbingan dan konseling antara lain: a) bidang pengembangan pribadi, b) bidang pengembangan sosial, c) bidang pengembangan kegiatan belajar, d) bidang pengembangan karier, e) bidang pengembangan kehidupan berkeluarga, dan f) bidang pengembangan kehidupan beragama.
DAFTAR RUJUKAN
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011.


[1] Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), hlm. 31
[2] Ibid, hlm. 32
[3] Ibid, hlm. 32
[4] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 121-136
[5] Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm. 139-140

Tidak ada komentar:

Posting Komentar